Friday, March 11, 2016

Banyaknya Orang Baik yang Hilang Ditelan Gegap Gempitanya Orang Jahat

Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa. Saya percaya, dari sekian ratus juta jiwa penduduk Indonesia, lebih dari separuhnya, bahkan mungkin hampir semuanya adalah orang-orang baik yang senantiasa bekerja keras dengan jujur untuk menyambung hidupnya dan sekaligus juga berkontribusi bagi kemajuan negeri ini.

Ilustrasi Bendera Indonesia by Gary Tamin
Kontribusi yang diberikan mereka pun bisa jadi adalah kontribusi yang tak langsung maupun yang langsung.


Kontribusi tidak langsung itu detik per detik secara tak sadar mereka lakukan, ketika mereka menunaikan pekerjaan mereka dengan sebaik-baiknya. Mengingat identitas Indonesia sebagai negara agraris, marilah kita menilik contoh nyata bentuk kontribusi tidak langsung para petani dan nelayan sebagai tulang punggung ekonomi kita:
Petani yang tak kenal lelah bergulat dengan teriknya matahari mencangkul dan membajak lahannya, demi memastikan panen berbagai bahan pangan yang dinikmati oleh kita di hidangan meja makan sehari-hari.
Nelayan yang tiap malam berjibaku melawan ombak, mengusir pilunya deru angin malam yang bertiup, demi menangkap ikan laut, yang kelak akan diolah dan dihidangkan tepat di hadapan kita, pun yang kelak akan diekspor dan memberikan devisa bagi negeri ini.

Apakah kita hanya melihat dengan sebelah mata mereka-mereka ini yang berjuang keras demi hidangan lezat yang kita nikmati setiap harinya?

Adapun, kontribusi secara langsung salah satu wujud konkretnya adalah dengan membayar pajak sesuai kewajiban kita. Pajak yang kita bayar inilah yang kelak dibelanjakan untuk membiayai kebutuhan negeri ini, seperti mendanai pembangunan jalan raya, transportasi umum, membayar gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan masih banyak lagi.
Maka bila kita protes mengapa negeri ini berhutang ke luar negeri secara terus menerus, sudah selayaknya kita bercermin, "Sudahkah kita membayar pajak sesuai kewajiban yang kita miliki?" 
Tanpa pemasukkan dari kita sebagai rakyat Indonesia sendiri, darimana lagi pemerintah akan dapat membiayai belanja negara ini?

Sama halnya bila kita menemukan jalan raya yang rusak, transportasi umum yang tak laik, serta PNS yang hanya rajin membolos, sudah sepatutnya kita berefleksi,
"Apakah ini terjadi karena uang pajak yang kita berikan tidak dikelola dengan baik oleh mereka, para eksekutif (Walikota, Bupati, Gubernur, Presiden) dan para legislatif (Anggota DPRD, DPR, DPD), yang notabene diangkat oleh kita yang memilih mereka ketika Pemilihan Umum (Pemilu)?"
Apakah jangan-jangan mereka bisa terpilih karena keteledoran kita dalam mencoblos surat suara? Ataukah ini terjadi karena kita masa bodoh dengan hak suara kita (baca: golput), sehingga kans mereka untuk terpilih menjadi semakin besar?

Ketika kita melihat calon-calon eksekutif dan legislatif yang berhati mulia berseliweran membawa perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik, apakah kita yakin kita telah mendukung mereka sekuat hati, sebisa yang kita mampu lakukan? Ataukah kita hanya sebatas mengagumi dalam hati, berdiam diri tanpa memberikan dukungan konkret apapun sambil berharap orang baik yang lain yang akan mendukung mereka? 
Apakah kita rela melihat mereka kalah ditelan oleh mereka-mereka segelintir oknum jahat yang telah lama memperoleh kekuasaan eksekutif dan legislatif tanpa menghadirkan perubahan berarti bagi bangsa kita?

Saya sungguh yakin, Indonesia tidak pernah kekurangan orang berhati baik.
Akan tetapi, suara mereka yang berhati baik ini kalah dengan kebisingan yang didengungkan oleh segelintir orang jahat!
Kita selalu merasa, jumlah orang jahat di Indonesia lebih banyak daripada orang baik, padahal saya sungguh yakin itu hanya sebatas perasaan semu saja, karena harus kita sadari pada kenyataannya orang baik lebih banyak hanya berdiam diri ketika dihadapkan dengan mereka orang jahat yang lantang berkoar-koar. 
Orang baik cenderung bersikap tidak ingin mencari musuh, sehingga hanya diam saja ketika orang jahat mengobrak-abrik bangsa ini. Akibatnya, timbul perasaan seolah  jumlah orang jahat lebih banyak dibanding orang baik, meskipun saya yakin yang jahat hanya terlihat lebih banyak karena mereka jauh lebih berisik dibandingkan kita orang baik yang jauh lebih banyak jumlahnya namun hanya bisa diam.

Saya harap, orang-orang baik ini mampu bangkit dan ambil sikap serta proaktif mendukung orang-orang baik, para calon eksekutif dan legislatif yang membawa perubahan yang nyata, demi kebangkitan bangsa ini.
BANGSA ini TIDAK AKAN MAJU, selama orang BAIK hanya DIAM berpangku tangan saja, membiarkan ORANG JAHAT merajalela membuat KEBISINGAN yang destruktif bagi bangsa ini.

Renungan di kala sunyi,
Sendai, 11 Maret 2016.
Supersemar Indonesia yang masih menjadi misteri.
Timur laut Jepang yang telah bangkit dari tsunami.

No comments:

Post a Comment

Share Me Your Ideas..!